Sabtu, 21 Mei 2011

Saman Tari Paling Familiar di Dunia Pendidikan

Saman, tari Aceh ini bisa dikatakan satu aset paling terkenal dari daerah asalnya. Pasalnya tari ini udah begitu familiar banget untuk ditampilin di acara-acara disekitar kita, bahkan tari ini banyak dipelajari masyarakat, a.k.a pelajar dan mahasiswa yang bukan orang Aceh yang tentu aja nggak semuanya ngerti apa sih makna dari lagu2 yang dinyanyikan Syekh selama tarian ini berlangsung. Tari saman memang memiliki nilai plus. Pertama, tari ini nggak terlalu memperhatikan postur tubuh seseorang layaknya di tarian lain, sehingga penari pun tidak terlalu was-was untuk dieliminasi jika dia agak gemukan dengan catatan gerakannya tetep oke. Kedua, tari ini tidak mengutamakan kelenturan tubuh yang amat sangat, dikarenakan tari saman sendiri hanya ada 2 posisi garis besar, duduk berkepanjangan dan berdiri. Tiga, hal paling menentukan apakah dia sanggup menari saman atau tidak adalah daya ingat yang harus kuat serta konsentrasi tinggi yang didukung fisik yang harus tahan buat duduk lama and ngesot untuk formasi yang top banget sakitnya. Empat, kostum tari saman tergolong sopan untuk kategori tari, daerah khususnya.
Kalau dari sudut pandang saya sih, tari ini sebenarnya cukup asik *saya udah mngenal dan belajar tari daerah dkk sejak tk. Tari saman mirip perpaduan tari, olahraga, ama adu daya ingat.
Totally, saman emang paling sopan and pas sih kalo ditampilin di event2 pendidikan dengan semua plus2nya yang saya sebutin tadi. Buat tari daerah lain, masih banyak juga lho yang cocok and bagus buat ditampilin ^_^ ohya fyi, saya bisa ngomong gini karena saya juga ikut saman di kampus, dulu waktu SMA ama temen2 belajar saman dari youtube ampe sukses ditampilin. Hebat kan....hhe

Senin, 16 Mei 2011

Melihat Lebih Jauh

oleh: Herry Tjahjono

Ada dua kisah nyata inspiratif yang akan saya adaptasi. Pertama tentang seorang tukang pipa (plumber). Alkisah, bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman sedang pusing karena pipa keran airnya bocor, ia takut anaknya yang masih kecil terjatuh. Setelah bertanya ke sana-kemari, ditemukan seorang tukang terbaik. Melalui pembicaraan telepon, sang tukang menjanjikan dua hari lagi untuk memperbaiki pipa keran sang bos. Esoknya, sang tukang justru menelepon sang bos dan mengucapkan terima kasih. Sang bos sedikit bingung. Sang tukang menjelaskan, ia berterima kasih sebab sang bos telah mau memakai jasanya dan bersedia menunggunya sehari lagi. Pada hari yang ditentukan, sang tukang bekerja dan bereslah tugasnya, lalu menerima upah. Dua minggu kemudian, sang tukang kembali menelepon sang bos dan menanyakan apakah keran pipa airnya beres. Namun, ia juga kembali mengucapkan terima kasih atas kesediaan sang bos memakai jasanya. Sebagai catatan, sang tukang tidak tahu bahwa kliennya itu adalah bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman. Cerita belum tamat. Sang bos demikian terkesan dengan sang tukang dan akhirnya merekrutnya. Tukang itu bernama Christopher L Jr dan kini menjabat GM Customer Satisfaction & Public Relation Mercedes Benz. Dalam sebuah wawancara, Christopher menjawab, ia melakukan semua itu bukan sekadar tuntutan after sales service atas jasanya sebagai plumber. Jauh lebih penting, ia selalu yakin tugas utamanya bukanlah memperbaiki pipa bocor, tetapi keselamatan dan kenyamanan orang yang memakai jasanya. Christopher melihat lebih jauh dari tugasnya.

Kisah lain. Ada juga kisah dari teman saya, James Gwee, tentang Mr Lim yang sudah tua dan bekerja ”hanya” sebagai door checker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun ia jalankan pekerjaan membosankan itu dengan sungguh- sungguh, tekun, dan sebaik-baiknya. Ketika ditanya apakah ia tak bosan dengan pekerjaan menjemukan itu, Mr Lim mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya. Bagi Mr Lim, tugas utamanya bukanlah memeriksa engsel pintu, tetapi memastikan keselamatan dan menjaga nyawa para tamu. Dijelaskan, mayoritas tamu hotelnya adalah manajer senior dan top manajemen. Jika terjadi kebakaran dan ada engsel pintu yang macet, nyawa seorang manajer senior taruhannya. Jika ia meninggal, sebagai decision maker, perusahaannya akan menderita. Jika perusahaannya menderita dan misalnya bangkrut, sekian ribu karyawannya akan menderita. Belum lagi keluarganya, termasuk anak istri manajer itu.

Demikian jauh pandangan Mr Lim, dan ia bukan sekadar door checker. Beberapa pelajaran Christopher L Jr dan Mr Lim relatif manusia sejenis. Keduanya bukan kelas manusia sedang atau biasa (good people). Mereka jenis ”manusia besar atau manusia berlebih” (great people) meski jabatan atau pekerjaan formal di suatu saat demikian ”rendah dan biasa saja”. Sikap mental mereka jauh lebih tinggi dari jabatan dan pekerjaan formalnya.

Dua kisah itu memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, untuk menjadi manusia besar tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan teknis seseorang mengerjakan tugasnya. Kemampuan dan kompetensi teknis (hard competence) boleh sama atau biasa saja, tetapi sikap mental atau soft competence yang lebih akan menentukan seseorang menjadi manusia besar atau tidak. Kedua, untuk bisa mempunyai soft competence dimaksud, kita perlu berontak dan bangun dari tidur panjang selama ini, keluar dari zona nyaman good. Sebagai manusia minimalis, pekerja atau pemimpin apa adanya (yang penting job description dijalankan), target kerja atau key performance indicator (KPI) tercapai, beres! Itulah tipikal manusia biasa saja. Upaya ini memerlukan pengorbanan diri sebab hanya dengan menjadi good people seperti selama ini saja, toh tak ada yang mengusik kita, tetap bisa bekerja dengan nyaman, dan seterusnya. Maka, pemberontakan untuk bebas dari kondisi good people itu harus dari diri sendiri dulu. Ingat petuah Jim Collins, good is the enemy of great. Ketiga, langkah lebih konkret selanjutnya adalah sikap mental untuk ”melihat lebih”! Christopher L Jr plumber yang ingin memastikan kliennya nyaman dan selamat. Mr Lim door checker yang ingin menjamin tamu hotelnya terjaga nyawanya dari bahaya kebakaran. Melihat lebih jauh, beyond the job! Keempat, setelah mampu melihat lebih, barulah kita mampu ”memberi lebih” (giving more). Hanya dengan melihat lebih dan memberi lebih, kita mampu menjadi manusia besar yang tidak hanya bekerja sebatas KPI. Kita akan mampu bekerja dengan memberikan key values indicator (KVI), nilai-nilai lebih, mulia, unggul, berguna bagi setiap pengguna atau penikmat hasil kerja kita. Itulah Christopher L Jr dan Mr Lim. Rindu pemimpin besar Betapa bangsa ini rindu seorang pemimpin hasil pemilu yang layak disebut pemimpin besar, great leader. Mereka yang kini sedang giat berkompetisi dan perang iklan dengan saling sorot KPI masing-masing. Perhatikan dengan saksama, maka segenap janji kampanye, termasuk realisasinya, konteksnya masih sebatas pemenuhan KPI. Ini berlaku baik bagi yang masih berkuasa maupun mantan dan juga calon yang baru. Semua bicara tentang KPI kepemimpinan, belum menyentuh KVI kepemimpinan. Para pemimpin dan bahkan kita semua demikian bangga dan terpesona sendiri saat mampu memenuhi ”KPI kehidupan” kita masing-masing, yang biasanya memang bersifat kuantitatif, materiil, dan mudah diukur. Padahal, untuk menjadi great people, great leader, great father, great manager, dan seterusnya, lebih diperlukan kemampuan mempersembahkan ”KVI kehidupan” kita, yang biasanya justru tidak mudah diukur. Bangsa ini sangat memerlukan Christoper L Jr dan Mr Lim sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Sebagai catatan akhir, seorang office boy yang mampu mempersembahkan KVI nilainya tak kalah dengan seorang CEO yang hanya memberikan KPI-nya. Jika kita ”mau” melihat lebih jauh, kita akan ”mampu” melangkah lebih jauh.

Herry Tjahjono

Corporate Culture Therapist & President The XO Way, जकार्ता

awalnya saya cuma mau cari-cari artikel yang menghibur, misalnya tentang dunia hiburan...ehh...malah nemu ini..Melihat Lebih Jauh. Yang ternyata setelah jauh dibaca banyak pelajaran yang bisa kita ambil, so. saya sarankan gak ada ruginya Anda membacanya, sebelumnya udah dimuat di kompas en blog seorang saudara saya yang artis..(saudara seiman maksudnya)

Puisi Rangga paling TOP Ada Apa Dengan Cinta

kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari kepantai kemudian teriakku
sepi, sepi, dan sendiri aku benci
aku ingin bingar aku mau di pasar
bosan aku dengan penat dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika ku sendiri
pecahkan saja gelasnya biar ramai
biar mengaduh sampai gaduh
ah.. ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera
atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai

satu puisi yang bener2 khas AADC. apalagi kalo bukan sajak (pecahkan saja gelasnya biar ramai biar mengaduh sampai gaduh)...iya nggak...
hemmm...puisi emang penuh dengan keindahan..

Puisi Rangga Ada Apa Dengan Cinta

perempuan datang atas nama cinta
kemudian pergi karena cinta
digenangi racun jingga dalam wajahmu
dan bertimbulan dalam tidur di hatimu
yang berdinding gelap dan kedinginan
ada apa dengannya
meninggalkan hati untuk dicaci

baru sekali ini aku lihat karya surga dalam mata seorang hawa
ada apa dengan cinta
tapi aku pasti akan kembali dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya
bukan untuknya
bukan untuk siapa
tapi untukku
karna aku ingin kamu
itu saja

mungkin bakal banyak yang beranggapan AADC tuh film jadul kalo diliat sekarang uda tahun 2011, mungkin juga tetep ada yang nyanggah en bilang kalo ni film tetep cool and awesome* termasuk aku. Ya, bisa jadi karena emang suka jalan ceritanya ato mungkin sekedar melototin si ganteng Nicholas Saputra atau mbak kita yang ayu banget, Dian Sastro. Well, biar nih film dulu aku tonton pertama pas sd and belum mudeng namanya puisi. Tapi sekarang aku bener2 jatuh cinta ama puisi (sejak smp), dan gak tahu kesambet apa pas disela2 kuliah, aku tonton ni AADC dengan penuh perasaan. Then I cant say that I dont love Nicho ..hhaa.. sebenarnya gak kalah seru puisinya..Dalem bener, ohya..jadi pengen banget dibacain nih puisi ama Rangga AADC*ngarep..