Minggu, 25 Maret 2012

Filosofi Lagu Gundul-Gundul Pacul

TAHUKAH ANDA.....!!!

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan, 
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Lagu ini memang lagu anak-anak yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak, namun tahukah bahwa terdapat makna filosofis yang begitu dalam di balik lirik lagu ini. Mari kita simak...

Gundul:
adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala, maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul:
adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul juga adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.

Gundul pacul artinya:
bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal: 
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Gembelengan:
Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat. Tetapi dia malah:
1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.
2. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya.
3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya.

Nyunggi wakul gembelengan, Nyunggi wakul artinya membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul dikepalanya.

Wakul adalah simbol kesejahteraan rakyat.

Kekayaan negara, sumber daya, Pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat.

Kedudukannya di bawah bakul rakyat. Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul?

Tentu saja pemilik bakul. Pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya, dan banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main). Akibatnya wakul ngglimpang segane dadi sak latar, Bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.



Disini saya memang cuma ngopi aja dari orang, tapi pelajaran yang bisa kita ambil adalah "Jadilah pemimpin yang baik yang memahami rakyat dan amanah yang diemban" Jangan sampai anda sombong karena jabatan anda sekarang ini. Banyak hal-hal kecil di sekitar kita yang bisa kita jadikan pelajaran, kan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar